Generasi milenial atau Generasi Y sepertinya lagi in diperbincangkan. Padahal, masa Generasi Milenial sepatutnya sudah lewat, berganti menjadi Generasi Z. Istilah Generasi Milenial yang pertama kali dikenalkan oleh Karl Mannheim dalam sebuah esainya berjudul The Problem of Generation pada tahun 1923, dilekatkan kepada sekelompok manusia yang lahir antara tahun 1980-an hingga 1997.
Konon Genarasi Milenial didahului
oleh generasi-generasi seperti, Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II,
Generasi Paska Perang Dunia II, Generasi Baby
Bomer I, Generasi Baby Boomer II, dan
Generasi X.
Entahlah, apa indikator utamanya
kenapa generasi pertama disebut sebagai Generasi Depresi, padahal Generasi
Mileniallah yang justeru pemecah rekor jumlah orang depresi, stress,
menanggalkan kewarasan hingga kasus bunuh diri. Namun, yang jelas soal
pembagian fase generasi tersebut hanya didasarkan pada rentang tahun kelahiran.
Titik.
Di dasarkan pada rentang tahun
kelahiran itulah, menjadi alasan bahwa Generasi Milenial semestinya pelan-pelan
telah melambaikan tangan dan undur diri, dengan hadirnya Generasi Z yang
rentang kelahirannya antara 1995 - 2014, bahkan Pusat Riset McCrindle Australia
menyebut Generasi Z sebagai orang yang lahir pada 1995 - 2009. Generasi Z
adalah Generasi Internet.
Generasi Z pertama atau yang
paling tua usianya di Generasi Z kini telah berumur sekitar 21-22 tahun, sedang
beranjak dewasa, tengah mencari kemapanan ditandai dengan kebiasaan
hari-harinya membaca iklan lowongan kerja, membuat surat lamaran kerja,
gonta-ganti daftar riwayat hidup, jika mentok untuk menghindari depresi dan
celotehan orang tua, menghabiskan waktu dengan bermain game di warnet atau
rumah game online.
Namun, tak apa. Jika ada yang
masih ingin menyebut Generasi Z sebagai Generasi Y atau Generasi Milineal, yang memiliki ciri-ciri mengakses informasi lewat
media sosial, mengakses internet antara 3- 5 jam perhari dan mayoritas
mengaksesnya lewat ponsel, lebih suka makan KFC dan MacDonalds dengan paket
nasi, fashion lebih suka merek, Nike,
Adidas dan Zara, lebih suka menonton film streaming daripada pergi ke Bioskop.
Ketika anda bertemu, sekelompok
orang yang gampang baperan, move on lebih lama, dan masih sering
menyoal ke-jomblo-annya, barangkali anda memang sedang berhadapan dengan Generasi
Milineal, yang tanggap merapal mantra kesedihan dan kesialan hidupnya tetapi justeru gagap terhadap teknologi, pengetahuan apalagi realitas.
Suatu hari saya mendapati beberapa
orang memainkan sebuah aplikasi yang
sebenarnya diciptakan sebagai 'hiburan' dan 'permainan' semata, tetapi mereka tanggapi
serius. Dan ternyata, setelah diperiksa mereka rata-rata memang lahir di antara
tahun 1980-an hingga 1990-an, sudah masuk kategori lumayan lama lulus kuliah dengan
usia yang telah melewati 30 tahun, tak heran jika mereka sangat antusias dan baperan ketika aplikasi yang mereka
mainkan itu meramalkan bahwa mereka akan menjadi pegawai perkebunan, pengusaha
kaya, atau bekerja dengan pekerjaan-pekerjaan yang mereka impikan di masa
depan. Bertaburlah komentar, "Amiiin," atau "Ini aplikasi keren
banget, bisa membaca pikiran dan masa depan gw," dan berbagai komentar
bernada sama lainnya.
Itu belum seberapa dibandingkan
dengan kawan-kawan mereka yang lain sesama Generasi Milenial, yang menganggap
pernikahan Raisa dan CCB hanyalah hoax,
sedangkan sejarah soal Soeharto adalah Bapak Pembangunan yang dermawan, baik,
ramah dan penyayang adalah fakta yang harus terus menerus dikampanyekan. Rezim Orde
Baru yang pernah membantai umat Islam dalam Kasus Tanjung Priok, Talangsari dan
beberapa tragedi lainnya hingga larangan berkumpul, berdiskusi dalam jumlah
tertentu atau upaya menghilangkan orang-orang kritis di Zaman Orde Baru adalah hoax.
Generasi Milineal yang banyak
berkeliaran di Mol dan selalu makan makanan cepat saji karena tak pernah kuat mehanan
lapar itu, jangan-jangan juga menganggap ibu yang menggendong jenazah bayinya
naik angkot yang lagi viral dan heboh itu juga adalah hoax, sehingga kebanggaannya terhadap pemerintah dan para dokter
yang disumpah berkali-kali itu tetap saja terpelihara, sehingga mereka rela antri
untuk bersalaman dan selfi bareng.
Kalau begitu, mewakili Generasi
Milenial dengan aplikasi Beauty and Smart,
"Pak Gub, Pak Dokter, Pak Dewan, Pak Pejabat, mari kita foto bareng!"
Cuhhhh.........!!!
0 Comments: