Dinamis. Ya, kegiatan dan
pertemenan di MP sangat dinamis. Tak melulu bahagia dan senang-senang yang
menyertai perjalanan pengurus dan anggota MP. Tak jarang ada yang bersitegang
bahkan tak bertegur sapa sesama pengurus dan anggota. Kekanakan dan norak
banget? Bukan! Ribut dan salah paham itu biasa, sangat manusiawi. Jangankan di MP,
kakak-adik dalam satu keluarga saja biasa ribut hanya persoalan-persoalan
sepele.
Ada banyak hal yang melatari
perselisihan dan salah paham di antara pengurus atau anggota tersebut, mulai
soal ledek-ledekan yang tak sekedar masuk kantong ajaib Doraemon, tetapi juga nembus
ke hati, soal persaingan sampai ada juga yang parah hilangnya sikap saling
menghargai, sering merendahkan karya orang lain, dan sikap khianat atas kawan,
sampai ada istilah populer teman makan teman. Semua kejadian itu pernah dialami dan terjadi di MP.
Masalah dan perselisihan umumnya, seperti keributan-keributan kecil
yang terjadi dalam satu keluarga, semuanya pasti bisa diselesaikan. Persoalan
tersebut menjadi rumit titik-temunya (ishlah), ketika salah seorang menarik
diri atau memosisikan diri bukan lagi sebagai keluarga alias sudah menjadi orang
lain.
Resiko berkomunitas dengan
beragam karakter, membuat sebagian orang memang sulit beradaptasi dan
menurunkun ego-nya, sifat merasa paling senior dan lebih pintar mendorong beberapa
orang di MP cenderung merendahkan karya temannya. Namun, sikap seperti itu
biasanya tak bertahan lama, secepat mungkin yang bersangkutan bisa menyesuaikan
diri, karena hal tersebut tentulah ia sadari tak terpuji, atau jika tak bisa beradaptasi, dia akan cepat-cepat hengkang
dari MP karena pasti susah berteman dan diterima.
Ada juga cerita yang unik dan
lucu, datang dan belajar bersama di MP, mulai bertanya soal merek kamera, jenis lensa,
mendapatkan foto yang keren dan enak
dilihat, sampai bertanya soal cara cari pacar dan modusin mode,l hampir tiap hari selalu bersama. Begitu sudah merasa
mampu, sudah banyak teman, kacang lupa kulit. Bukan hanya jarang lagi
berkumpul, tetapi hilang dari peredaran bahkan di luar sana, bicara seenaknya
dan cenderung menjelekkan karya kawan-kawan yang dulu menjadi temannya belajar
di MP, padahal dulu jangankan mencet tombol shutter
menghidupkan kamera saja tak bisa. Sadis bukan? Tapi santai saja, datang
dan pergi itu biasa. Toh, tak ada pesta yang tak berakhir.
Namun, bukan berarti yang hilang itu karena bermasalah semua, ada juga yang menghilang
dan tak pernah kumpul, karena memang sedang melanjutkan kuliah di luar Lampung,
ada beberapa yang merantau karena tuntutan pekerjaan. Jadi, tidak semua yang
hilang termasuk dalam kategori tidak tahu diri itu, Pak De Luthfi Azis, kalau
baca tulisan ini, tidak perlu tersinggung.
Dinamis, perjalanan itu mengalir begitu saja. MP tak pernah
sepi dari kegiatan. Sekadar kumpul-kumpul dan motret di pinggir-pinggir jalan,
sampai hunting kecil-kecilan sembari mengeksplore tempat-tempat eksotik yang
bisa menjadi spot foto dan secara tak
langsung mempromosikan kota di mana mereka tinggal, Kota Metro. Hingga sesekali juga
iseng melepas penat dan suntuk dengan belajar foto nude dalam kelas terbatas (kate), eh maksudnya foto panning
tapi foto nude pernah juga.
Begitulah singkatnya, hari berganti bulan,
bulan berganti tahun, kebersamaan itu dilalui dengan nikmat di MP. Hingga sampai
pada titik dimana MP mengalami stagnasi, tepatnya ketika Ketua MP, Yudhi Ramli harus
lebih banyak di Jakarta, karena tuntutan pekerjaan yang tak mungkin
ditinggalkan, kawan-kawan pengurus lainnya seolah kehilangan komandan hingga
sibuk sendiri-sendiri.
Tepat satu setengah tahun masa
kepengurusan Yudhi Ramli sebagai Ketua, beberapa orang akhirnya mengambil
inisiatif untuk memecahkan kebuntuan dan stagnasi tersebut. Digelarlah rapat, Dhika
Desta mengundurkan diri, diikuti oleh beberapa pengurus yang lain, ada beragam
pendapat yang muncul dalam rapat, salah satunya restrukturisasi pengurus,
dengan mengganti beberapa pengurus yang tidak aktif, hingga opsi reorganisasi,
melakukan pemilihan ketua dan pengurus baru, dan akhirnya opsi kedua inilah yang
disepakati. Reorganisasi.
Pada bulan Mei 2015 bertempat di
Rumah Bersama Komunitas, akhirnya Musyawarah Anggota di gelar. Yudhi Ramli
sebagai ketua yang sebenarnya sehari sebelum Musyawarah ada di Kota Metro dan sempat hadir dalam rapat persiapan Musyawarah, karena pekerjaan yang tak bisa ditangguhkan di Jakarta, terpaksa izin tak bisa
hadir, tetapi sempat mengirimkan pesan bahwa dia berlapang dada dan menerima
semua keputusan apapun yang dihasilkan dan diputuskan dalam Musyawarah tersebut,
untuk kebaikan MP.
Dalam Musyawarah tersebut
Muhammad Iqbal terpilih secara aklamasi sebagai Ketua, didampingi Johari
Saputra sebagai sekretaris untuk menakhodai kepengurusan MP periode kedua.
Semua pengurus dan anggota yang hadir menerima hasil musyawarah dan mengucapkan
selamat atas terbentuknya kepengurusan baru MP, pengurus baru juga mengucapkan
terimakasih atas sukses pengurus lama yang telah berhasil merintis, melakukan
konsolidasi hingga MP tetap eksis hingga satu tahun lebih.
Pergantian pengurus tersebut menunjukkan bahwa MP memiliki stok kepemimpinan yang bisa tampil kapan saja, termasuk hendak menunjukkan bahwa MP berusaha berkomunitas secara benar, tak ada status quo atau ketua seumur hidup di MP, semua berjalan atas kehendak, dari, oleh dan untuk anggota MP.
Darah segar kepengurusan baru,
kembali membuat MP bergeliat selain hunting
foto internal serentetan kegiatan pun sukses digelar, mulai kegiatan amal
hingga lomba foto Metro dalam Lensa, mengambil peran strategis dalam kegiatan
yang digelar oleh Komunitas Cangkir bertajuk Tribute to Lukman dengan menggelar pameran dan lomba foto, terlibat
juga dalam kegiatan Metro Revival yang melibatkan 28 komunitas yang ada di Kota
Metro.
Bersambung ...
0 Comments: