"Tahun 2011 kami ke Jakarta. Kami pernah merasakan tidur di masjid selama sepuluh hari, mengamen untuk biaya hidup dan makan kami." Kenang Budi ketika menceritakan perjalanan Nafas Band pada Minggu, (29/10) di Cafe Mama.
Nafas Band adalah band asal Kota Metro. Mereka awalnya adalah teman satu sekolah yang memiliki hobi yang sama, bermusik. Ketika kelas 2 SMP kemudian mereka tertarik untuk membentuk sebuah band, Liberal begitu nama yang dipilih untuk band mereka kala itu.
Selepas SMP, mereka tak lagi satu sekolah. Meskipun begitu, mereka tetap berusaha berkumpul dan bermusik, main band. Dan tahun 2009 adalah awal cerita terbentuknya Nafas Band, kemudian diresmikan pada tanggal 14 Juni 2010. Personil Nafas Band ketika itu adalah Budi (Vokal), Dhimas/Dhian Mas putra (Drummer), Azzam Maulana (Gitar), Wanda Febriansyah (Bassis) dan Novi/Eko Novianto (Keyboard) serta Ardi yang juga sebagai Gitaris Nafas Band.
"Namun, personil kita yang tidak bisa melanjutkan adalah Ardi, karena alasan yang sangat urgen. Semoga sukses di luar sana," doa Budi untuk kawannya Ardi.
Menurut vokalis
yang bernama lengkap Budi Pangestoni ini, nama Nafas Band memiliki makna penting dalam
perjalanan karya mereka. Nafas adalah filosofis dan komitmen yang hendak
menegaskan bahwa selama mereka masih bernafas, mereka akan terus memberikan
karya terbaik.
"Kami adalah teman satu
SMP, kelas 2. Awalnya bukan Nafas,
tetapi Liberal. Setelah lulus SMP, walaupun beda sekolah, kita tetap ngeband. Dan tahun 2009 menjadi tahun awal
terbentuknya Nafas. Nafas Band yang kami artikan sebagai hal penting dalam
perjalanan karya kami. Dan selama kami masih bernafas, kami akan memberikan
karya terbaik. Dan kami percaya kesempatan itu ada dengan usaha dan do’a, serta
semangat yang besar selagi manusia masih bernafas." Sejarah, komitmen dan
tekad Nafas Band sebagaimana ditegaskan oleh Budi, yang digambarkan dengan nama bandnya.
Budi juga menyampaikan bahwa
Nafas bukan hanya sekadar grup musik tapi juga keluarga. Untuk itu, mereka berusaha
untuk selalu berpikir dewasa. "Nafas ini menyatukan kita untuk terus
berkarya."
Kemudian tahun 2011, mereka
mengadu nasib ke Jakarta bertemu almarhum Olga Syahputra. Mereka berharap di
Jakarta mereka akan berusaha memperjuangkan mimpi mereka dengan bermodal tekad
dan keyakinan, termasuk salah satunya berusaha bertemu almarhum Olga Syahputra,
yang diyakini bisa membantu mewujudkan cita-cita mereka. Lewat bantuan seorang
teman yang bekerja di salah satu stasiun televisi mereka pun akhirnya bertemu
Olga.
"Awalnya lewat salah
satu teman yang bekerja di sebuah stasiun TV yang kebetulan kenal dengan Olga,
memperdengarkan lagu kami ke Kak Olga, dan ternyata Kak Olga suka dan memilih lagu
Terima Kenyataan."
Di Bawah Manajemen Olga Syahputra
Lewat tangan dingin Olga
Syahputra, Nafas Band akhirnya mereka menemukan ruang. Selain tampil di
beberapa cafe di Jakarta, mereka juga pernah diajak untuk manggung di acara pertunjukan
musik yang disiarkan langsung di TV.
Dan hal yang paling
mengesankan bagi Nafas Band adalah ketika mereka menggarap album pertama
mereka, Seribu Janji.
" Di bawah managemen Kak
Olga Syahputra, sempat mengeluarkan
album pertama, Seribu Janji, bahkan
sempat dipasarkan di Malaysia. Namun, nasib belum berpihak. Kak Olga sakit, dan
akhirnya dipanggil yang maha kuasa," ujar Budi sedih.
Kepergian Olga Syahputra
sempat membuat mereka down,
betul-betul merasa di posisi yang sangat pailit. Meski mereka merasa harus
tetap bertahan dan optimis, bahwa suatu waktu mereka bisa merebut hati
masyarakat tanah air.
Paska Kepergian Olga
"Paska kepergian Olga
kami sempat bingung. Tahun 2013 kami pulang ke Metro dan sempat vakum selama
setahun. Namun, kami harus kembali bangkit, menyusun strategi lagi, tahun 2014 balik
ke Jakarta, karena harus menyelesaikan beberapa project ngamen dari beberapa cafe di Jakarta. Dan Al hamdulillah, antusiasme warga Jakarta
dan tak asing dengan genre Pop Melayu, membangkitkan semangat kami kembali."
Merasa menemukan semangat
itu kembali mereka kembali ke Kota Metro. Budi sebagai vokalis kebetulan juga
bertemu rekannya yang hobi musik, Abe Permana, pemilik Audio Visual 99. Dari
pertemuan itulah, Budi banyak menceritakan soal Nafas Band yang sempat down dan kehilangan semangat.
"Kenal Nafas Band lewat
Budi, menurutnya Nafas waktu itu betul-betul down. Setelah berjuang di Jakarta dan pulang ke Lampung. Walaupun sebenarnya
mereka sudah cukup bahagia karena telah meluncurkan album pertamanya. Dan Budi
cerita dan menyampaikan harapannya, ingin tetap bertekad agar Nafas tetap
berkarya. Budi menginginkan Nafas seperti dulu," papar Abe soal perkenalan
dan awal keterlibatannya di Nafas Band.
Menurut Abe, berkah dari
pertemuan itu Nafas Band kembali bersemangat. Pertengahan 2016, mereka sudah
menggarap video klip, album kedua Samawa.
Lagu yang mengangkat tema pernikahan.
"Samawa ini sudah
disebarkan di medsos, Youtube, dan sudah
ditonton 21 ribu penonton dalam 9 bulan," tambah Abe.
Senada dengan Abe, Budi juga
menjelaskan alasan mengangkat tema pernikahan.
"Zaman sekarang banyak
orang mulu-mulu, putus nyambung. Samawa ini adalah ajakan untuk move on dan serius, menikah saja, karena
menikah itu adalah tujuannya, tujuan yang baik," terang Budi.
Berkah lain dari kebersamaan
yang mereka bangun menurut Budi adalah, tahun 2017 ini mereka dipertemukan
dengan Dhea, alumni D'Academy 3 (DA3) Indosiar. Dari pertemuan singkat
tersebut, mereka telah membangun komitmen untuk berkolaborasi, bekerjasama
dalam meluncurkan album ketiga mereka.
" Dea adalah jebolan
DA3, 20 besar. Pertemuan singkat sebenarnya, tapi kita sudah merasa cocok dan
sepakat kolaborasi mengeluarkan album Taqdir
Cinta. Ini adalah album ketiga dalam perjalanan Nafas Band, tapi menjadi
album pertama yang digarap secara kolaborasi bersama Dhea, dan rencaka akan kita
luncurkan awal tahun 2018." Jelas Budi.
Ditanya soal harapan dan
komitmennya dalam bermusik ke depan, Budi menjawab bahwa berdasarkan suka duka
perjalanan mereka, maka semua komunitas atau grup band tak boleh menyerah,
teruslah berjuang. " mari kita sama-sama berjuang!" Ajaknya.
"Lewat pengalaman kami
di Jakarta, kami ingin merubah mindset,
merubah cara pikir bahwa anak band tidak mesti ke Jakarta. sekarang media
sosial sudah sangat terbuka, kita bisa berkarya dari daerah kita masing-masing,
dan mengangkat nama daerah untuk bisa go nasional.
Tidak kebayang kan jika semua band
pergi ke Jakarta." Budi menutup obrolan.
Bravo Nafas Band, jayalah
terus musik Indonesia! (RU/Omah1001.net)
0 Comments: