Kesepakatan memilih Ketua Metro
Photography (MP) tidaklah didasarkan pada keahlian memotret semata, karena MP
dibentuk memang bukan hanya untuk mereka yang fotonya sudah bagus dan benar,
melainkan untuk siapa saja yang menyukai foto dan ingin belajar bersama
meningkatkan kualitas dan pemahamannya soal foto, termasuk juga untuk menjalin
silaturahim dan pertemanan.
Suka foto dan bisa menghasilkan
foto yang baik tetap menjadi salah satu pertimbangan, tetapi di atas itu yang
paling penting sebagai syarat menjadi Ketua MP adalah bisa menjadi perekat
antar pengurus dan anggota yang berbeda dan beragam karakter, mengayomi dan tentu
harus bertanggungjawab atas kesinambungan kegiatan-kegiatan MP.
Muhammad Iqbal dianggap memenuhi
kreteria itu oleh semua peserta yang hadir dalam Musyawarah Anggota yang menetapkannya
sebagai Ketua MP pada Mei 2015 di Rumah Bersama Komunitas.
Maka untuk pembuktian, tugas utama
yang menanti sentuhan tangan Muhammad Iqbal sebagai Ketua baru paska terpilih adalah
menghimpun kembali yang terserak, mengajak mereka kembali aktif setelah terlalu
lama jeda.
Tak ringan memang jika dilakukan
sendiri-sendiri. Beruntunglah, beberapa pengurus lama masih bersedia turun
tangan melakukan konsolidasi itu, terutama Dhika Desta dan Andi Hendri yang
masih sering menyediakan waktu luangnya untuk kumpul bersama. suatu waktu Dhika
Desta menginisasi acara silaturahim yang
dikemas dengan hunting foto di Dam
Raman. Hasilnya, beberapa anggota dan pengurus bisa kembali bertemu dan kumpul
merencanakan agenda-agenda yang akan dilakukan.
Sejak saat itulah,
kegiatan-kegiatan MP kembali bergeliat. Acara bertajuk Metro dalam Lensa sukses digelar dalam rangkaian acara Tribute to Lukman, hunting bareng
fotografer se-Lampung dalam rangkaian Metro
Youth Revival juga sukses menghadirkan banyak fotografer dari berbagai
daerah, dan terakhir rangkaian ulang tahun MP yang kedua, juga sukses
diselenggarakan sangat meriah, dengan berbagai rentetan kegiatan, mulai hunting
foto model sebelum hari H, menyelenggarakan Klinik Foto bersama wartawan
Kompas, Angger Putranto yang juga anggota Asosiasi Pewarta Foto Indonesia
(APFI) Lampung yang digelar satu rangkaian dengan lomba foto dan hunting foto
model pada acara puncak ulang tahun MP kedua di Taman Merdeka Kota Metro.
Ulang tahun MP yang kedua sukses
digelar, ada banyak fotografer baru yang bergabung, meskipun beberapa 'wajah lama'
terlihat justeru tak muncul di acara ulang tahun tersebut. Ada asa, kehadiran
orang-orang baru tersebut akan semakin menyemarakkan kegiatan-kegiatan MP.
Namun, kenyataan memang tidak selalu semulus harapan. Paska ulang tahun kedua
tersebut, kehadiran 'orang-orang baru' tersebut justeru terkesan menyibukkan
pengurus melakukan aktivitas hunting terbatas,
mungkin tampak baik karena kegiatan tersebut bisa meningkatkan pengetahuan
mereka yang baru bergabung tentang foto, tetapi tanpa sadar justeru mengabaikan
kawan-kawan lama.
Akhirnya MP kembali terkotak,
aktivitas berjalan sendiri-sendiri. Saya juga terlalu sibuk dengan aktivitas sendiri, sehingga lupa memberi perhatian kepada pengurus MP, semua sibuk dengan
aktivitasnya masing-masing. MP kembali vakum, tidak terurus.
Waktu terus berjalan, tanpa
kegiatan yang 'greget'. Ulang tahun
MP yang ketiga nyaris berlalu tanpa peringatan dan kegiatan, beruntung Muhammad
Iqbal sebagai Ketua, masih ingat tanggal lahir MP, sehingga berusaha
memperingatinya dengan kegiatan amal, berbagi dengan anak-anak yatim di Panti
Asuhan.
Barangkali berawal dari
peringatan ulang tahun MP ketiga, yang tak semeriah peringatan ulang tahun MP
sebelumnya, Ketua dan pengurus MP mulai menghubungi beberapa senior mereka,
merencanakan hunting silaturahim
tepat pada Ramadhan lalu, acara MP satu-satunya yang tak sempat saya hadiri
karena berbarengan dengan jadwal mudik, sehingga saya tak paham persis
bagaimana meriah dan suksesnya kegiatan tersebut.
Namun, saya merasakan berawal
dari kegiatan tersebutlah semangat pengurus dan anggota MP kembali bersemi,
mungkin sadar atau tidak sadar mereka memang hanya perlu waktu untuk bertemu
dan bersama secara intens untuk
merencanakan kegiatan-kegiatan keren, terbukti paska lebaran mereka sudah
menyiapkan beberapa acara untuk menghidupkan kembali komunitas.
Photography Reborn tanggal 24 September 2017 di Mama Cafe & Resto, adalah salah
satu rencana itu, dan kali ini saya memang tidak banyak terlibat, dan tak
banyak paham dengan setting kegiatan, meski di beberapa rapat persiapannya dilaksanakan
di rumah dan melibatkan saya.
Saya cukup percaya dengan 'pulang'-nya beberapa wajah lama ke 'rumah mereka', MP pasti kembali menemukan semangatnya, kebersamaan
mereka dalam kegiatan tersebut pasti memberi hasil yang memuaskan. Saya
percaya, mereka mampu menyelenggarakan kegiatan keren tanpa kehadiran saya,
untuk itu saya menahan diri dan mengurangi untuk banyak bertanya dan mengatur
kegiatan tersebut.
Andai bisa dimaklumi tanpa
dijelaskan, ingin rasanya waktu itu saya malah tidak hadir dalam acara Photogparphy Reborn tersebut, untuk menegaskan bahwa acara itu sukses berkat
mereka sendiri, tanpa ada bayang-bayang apalagi campur tangan dari saya. Tapi, untuk tidak hadir itu
sangat mustahil dilakukan, karena saya ada ditempat dan mereka tahu, saya tak
ada kendala apapun untuk tidak bisa hadir.
Saya datang pukul 14.00 lewat,
padahal pengurus dan panitia telah berkumpul sejak pukul 09.00 pagi. Dan,
seperti yang saya duga acara tersebut sudah menampakkan kesuksesannya, sekitar
40-an lebih fotografer telah berkumpul untuk mengikuti kegiatan Photography Reborn tersebut dan jumlah
itu terus bertambah hingga akhir acara, tercatat oleh panitia ada 70-an
fotografer yang berpartisipasi, padahal panitia hanya menargetkan tak lebih
dari 40 peserta.
Dan, yang paling suprise bagi saya adalah ketika Dhika Desta
sebagai pembawa acara dadakan saat itu, meminta saya untuk maju ke depan,
didahului pembacaan puisi "Tak Terbalas" karya Muhammad Anugerah
Utama oleh Novita Sari dan diiringi petikan gitar Deska, dua perempuan MP yang
paling aktif saat ini.
Suprise-nya bukan hanya
ketika Dhika menyampaikan semuanya didedikasikan buat saya, melainkan yang
membuat saya lebih terharu, terbata-bata dan nyaris menangis adalah ketika
Ketua MP Muhammad Iqbal, Ragil Utama, Ketua Panitia Photography Reborn dan Dhika, di depan puluhan peserta yang hadir
menyampaikan bahwa : "Jangan pernah merasa sendiri Om, kami
tak pernah meninggalkan Om Rahmat sendiri. Om Rahmat sudah seperti Bapak bagi
kami."
Meski saya sama sekali tak pernah merasa sendiri dan mereka tinggalkan, tapi acara tersebut sukses mengaduk-aduk perasaan saya, menjadikan saya justeru merasa bersalah pernah mengacuhkan mereka, menyesal karena menyia-nyiakan waktu belajar bersama dan berperan setara bersama mereka.
Meski saya sama sekali tak pernah merasa sendiri dan mereka tinggalkan, tapi acara tersebut sukses mengaduk-aduk perasaan saya, menjadikan saya justeru merasa bersalah pernah mengacuhkan mereka, menyesal karena menyia-nyiakan waktu belajar bersama dan berperan setara bersama mereka.
Sekali lagi keharuan itu bukan
soal gede rasa atau merasa gede, bagi saya ini di luar
ekspektasi, di luar yang dibayangkan, bagaimana mungkin orang yang justeru
sering saya abaikan akhir-akhir ini, orang yang usianya jauh terpaut di bawah
saya dan masih anak-anak itu memiliki kemampuan mengapresiasi luar biasa,
terhadap hal-hal yang sepertinya tak memiliki kepatutan diapresiasi.
Dari merekalah saya akhirnya belajar soal tindakan nyata, bagaimana pentingnya mengapresiasi, pentingnya jiwa besar di saat justeru saya tak bisa memberikan dedikasi maksimal terhadap adik-adik saya di MP, dan saya yakin kesadaran mengapresiasi di antara mereka inilah, yang suatu saat akan membuat mereka besar.
Semoga.
0 Comments: