Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely, demikian Lord Acton menegaskan salah satu diktum-nya yang hingga
kini populer, bukan hanya di kalangan elit tetapi juga akrab di kalangan kaum
alit, di bincang di kantor-kantor para pejabatnya korup hingga warung kopi yang
seringkali tak dianggap.
Mengapa
penguasa atau pemerintah harus dikritik? Bukan hanya karena pemerintah sedang
berkuasa dan punya kecenderungan menyalahgunakan kekuasaannya, tetapi juga
lantaran karena cinta. Mencintai kekuasaan dan penguasa yang amanah, sekaligus
mencintai wilayah tempat kita tinggal yang sedang diamanatkan untuk diurus
'sang penguasa'.
Penguasa
memiliki peluang sangat besar menggunakan jurus 'aji mumpung' ketika berkuasa,
mumpung bisa merebut ini dan itu, mumpung bisa mendapatkan barang ini dan
barang itu, mumpung mendapatkan pengawalan si anu, mumpung punya kekuatan,
mumpung dikerubungi banyak orang yang suka menjilat dan cari muka, mumpung
banyak begundal-begundal yang menyediakan dirinya sebagai pembela, maka
penguasa tak sedikit yang pongah, suka-suka, merasa selalu benar dan tak pernah
lagi menganggap rakyat penting seperti ketika kampanye.
Mengapa
penguasa perlu dikritik? Agar penguasa tak lupa, bahwa jabatan yang diembannya
berbatas waktu, tak abadi. Ia harus kembali menjadi warga biasa, bergaul dan
membutuhkan warga di sekitarnya, pun Ia akan mati berkalang tanah, menjadi
bangkai yang berbau busuk.
Mengapa
penguasa perlu dikritik? Agar penguasa juga tetap sadar diri, uang yang
dikelolanya bukanlah uangnya. Uang itu bersumber dari retribusi, pajak warga
yang makan di rumah-rumah makan, belanja di toko, termasuk pajak setiap jengkal
tanah dan pemukiman yang mereka huni. Di luar itu, uang yang didapat dari
pemerintah pusat itu, juga karena menjual setiap jumlah kepala, jumlah
kemiskinan termasuk menjual setiap inci jalan yang akan dibangun dengan dalil
"untuk kemaslahatan warga."
Mengapa
pemerintah harus dikritik? Agar penguasa juga paham, bahwa kehormatan yang
mereka sandang di pundaknya itu, adalah kehormatan yang diberikan oleh rakyat,
yang sewaktu-waktu rakyat bisa mencabutnya. Tak ada kehormatan, jika tak ada
yang menghormati, maka untuk dihormari berucap dan bertindaklah layaknya orang
yang terhormat. Dan, penguasa harus tahu, kehormatan berupa materi dan jabatan
itu tak abadi.
Mengapa
pemerintah harus dikritik? Karena wilayah yang menjadi wilayah kekuasaannya,
bukanlah milik pribadinya. Ada ribuan warga yang juga berhak atas setiap
jengkal wilayah itu, berhak atas ruang yang layak untuk khalayak, ruang yang
ramah, ruang yang tidak didesain justeru untuk meminggirkan warga. Warga juga
adalah pemilik sah ruang bersih tanpa polusi, warga berhak atas air yang
mengalir di bawah tanah tanpa cemar limbah industri dan limbah medis rumah
sakit, warga adalah pemilik sah atas setiap ruang yang adil, yang berpihak pada
warga pengusaha kecil, tidak semata berpihak kepada pengusaha ritel yang
bermodal besar.
Mengapa pemerintah atau penguasa selalu dikritik? Karena urusan yang diurusi bukan hanya urusan sendiri, uang yang dibelanjakan bukanlah uang sendiri, daerah yang dikuasai bukanlah daerah milik sendiri, warisan nenek-buyutnya. Lah, kalo membuat atau membangun sesuatu di ruang publik, yang warga sebagai pemilih sah ruang publik itu tak merasa butuh dan menganggap itu tak indah sama sekali, wajar donk warga kritis dan bertanya, pembangunan itu untuk siapa?! Jadi, jika tak siap dikritik, maka lebih baik urus rumah tangga sendiri, anak-istri dan halaman rumah milik sendiri.
Mengapa penguasa wajib dikritik? Sebagai orang yang diamanatkan untuk berkuasa dan mengurus soal wilayah oleh rakyat, mestinya penguasa mengajak musyawarah, ngajak ngobrol rakyat yang memberikannya amanah sebelum membuat rencana terlebih ketika hendak mengimplementasikan pembangunan yang klaimnya untuk rakyat! Jangan slonong boy.
Mengapa
penguasa harus dikritik? Untuk memastikan penguasa itu tetap punya otak dan
hati!
Begitu...
Tabik.
Rahmatul Ummah, Warga Yosomulyo.
0 Comments: