Pertunjukan bertajuk Hardcore Is Back di Cafe Mama, Minggu
(10/12/2017) sore itu dibuka oleh dua orang pembawa acara yang cukup
interaktif, Holi dan Hardimansyah. Dua laki-laki yang cukup ugal-ugalan tersebut sukses membawa suasana
launching mini album "Revolusi
Keadilan" milik Freedom, Band beraliran underground asal Kota Metro.
Meskipun sempat turun hujan sore
itu, paska penampilan band pembuka Noturius, tak menghalangi pecinta musik underground dari berbagai daerah di
Lampung untuk datang. Hasilnya, ratusan penonton memadati ruang tengah hingga
halaman belakang Cafe Mama, tempat perhelatan musik bawah tanah tersebut
digelar.
Saya yang selama ini hanya
melihat grup musik beraliran keras ini melalui poster-poster yang ditempel di
dinding-dinding kamar kos teman-teman kuliah kala itu, merasa bersyukur bisa
melihat dan berkenalan dengan para personil band yang sering dicitrakan
memiliki gaya hidup bebas ini, dan di luar dugaan saya, ternyata mereka cukup
ramah dan friendly.
Sambil sesekali merokok, saya
menyaksikan orang-orang mengantri di pintu masuk dan mengambil tempat duduk
dengan tertib. Setelah hujan reda, acara pun kembali dilanjutkan dengan
penampilan band pembuka lainnya. Kegiatan berhenti ketika menjelang magrib dan
baru dilanjutkan lagi setelah Isya'.
Lepas penampilan band pembuka
seperti Paint in Black, Error System, State
of Hate, Krusial, dan lainnya, Freedom akhirnya tampil menguasai panggung
tanpa basa-basi. Ramuan bebunyian tak terbatas dan senar beresonansi khas hardcore serta vokal melengking
Dimex yang bisa naik hingga beberapa oktaf dan turun dengan cepat menyapa para pecinta
musik bawah tanah ini, sebagian ada yang moshing
di depan panggung dan sebagian lagi duduk menikmatinya dengan tetap duduk
sembari menggoyangkan kaki dan kepala.
Suguhan perpaduan dentuman suara musik
dan lyric lagu nan keras yang
dilantunkan Dimex, seakan menjadikan suasana alur pertunjukkan adalah
sebuah stage yang liar. Saya
yang sama sekali tak mengerti musik, duduk tak jauh dari panggung bersama
penonton lainnya, ingin rasanya malam itu ikut meloncat-loncat dan berteriak.
Meski malam itu Freedom tak
selesai menyanyikan enam lagu di mini album yang mereka launching, saya menyaksikan banyak mulut-mulut yang ternganga dan
mata-mata fokus seperti tak rela melewatkan jamuan musik yang memacu gairah
untuk terus meloncat, berteriak dan ikut bernyanyi.
Maka tidak berlebihan rasanya
bila saya cukup senang dan bangga menyaksikan bagaimana pertunjukan musik keras
itu, ternyata sarat pesan dan mampu memuaskan dahaga para pecinta musik hardcore di Kota Metro.
"Respect dan salut. Acaranya keren, berjalan tertib dan
sukses!" Ujar Jerry Joel, Owner Cafe Mama.
Saya yakin pertunjukan 10 Desember
di Cafe Mama malam itu membekas di pikiran setiap pentonton yang hadir. Dari
obrolan santai usai pertunjukan, sudah sekian lama scene underground mewarnai peradaban musik dan kultur generasi
muda di Kota Metro.
Freedom meski baru berumur muda,
komunitas ini akan terus eksis sambil membangun pondasi scene lokal yang lebih kuat. Mereka
tidak ingin disebut ‘pahlawan’ meski telah menjalani petualangan yang seru dan
heroik selama ini, keliling Sumbagsel seperti Bengkulu, Lubuk Linggau dan kembali
ke Lampung.
Mereka telah berproses dari sekedar selera dan hobi menuju suatu pilihan gaya hidup dan kantong industri. Melancarkan subkultur unik yang dipandu oleh hentakan musik keras, dandanan khas dan semangat kerja independen. Kondisi tersebut bukanlah suatu trend anyar yang akan musnah dalam sesaat. Kejadian di ‘bawah tanah’ Kota Metro ini telah terekam lama dan lintas generasi. Dan semua ini masih terus berjalan. Mini album "Revolusi Keadilan" adalah bukti sekaligus kritik atas ketimpangan sosial selama ini.
Sukses terus buat Freedom dan selamat atas launching mini album "Revolusi Keadilan".
Mereka telah berproses dari sekedar selera dan hobi menuju suatu pilihan gaya hidup dan kantong industri. Melancarkan subkultur unik yang dipandu oleh hentakan musik keras, dandanan khas dan semangat kerja independen. Kondisi tersebut bukanlah suatu trend anyar yang akan musnah dalam sesaat. Kejadian di ‘bawah tanah’ Kota Metro ini telah terekam lama dan lintas generasi. Dan semua ini masih terus berjalan. Mini album "Revolusi Keadilan" adalah bukti sekaligus kritik atas ketimpangan sosial selama ini.
Sukses terus buat Freedom dan selamat atas launching mini album "Revolusi Keadilan".
0 Comments: