Jika sempat
menikmati hidup di tahun 1980 hingga 1990-an, di mana informasi diperoleh masih
lebih banyak dari radio, terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok dan
pedalaman, pastilah tak asing dengan serial sandiwara radio "Saur Sepuh".
Brama
Kumbara adalah tokoh sentral dalam Saur
Sepuh, memiliki dua ilmu kedigdayaan yang sangat populer, Ajian Serat Jiwa dan Lampah Lumpuh. Ajian Serat Jiwa memiliki sepuluh tingkatan, ajian yang bisa
menghancurkan lawan hingga berkeping-keping, barangkali jika dianalogikan
dengan konteks kedigdayaan modern, barangkali serupa dengan senjata api yang
juga memiliki kecanggihan bertingkat dari pistol dengan kekuatan biasa hingga
senjata canggih sejenis rudal atau bom atom.
Sedangkan Lampah Lumpuh, adalah ilmu yang
menghilangkan kekuatan, membuat musuh lumpuh dan merasa tak berguna, kecuali ia
bertobat dan berjanji tak akan mengulangi kejahatannya lagi, mungkin dalam
konteks kekinian ajian Lampah Lumpuh
ini mirip rompi oranye KPK.
Namun,
ternyata soal kecanggihan kanuragan tak melulu menjadi domain kebaikan,
kejahatanpun memiliki beragam jenis ilmu kanuragan baru. Bahkan, bukan hanya
soal kedigdayaan, mereka juga berjejaring dan lebih sering berkomunikasi
menggunakan kode dan sandi-sandi tertentu untuk mengelabui para pendekar hukum.
Belakangan
beberapa sandi yang sering mereka gunakan terbongkar dan ternyata sandi-sandi tersebut,
justeru akrab dengan kehidupan orang-orang baik, mungkin tujuannya untuk
mengelabui. Seperti, juz, liqo', pustun,
jawa syarkiyah, apel malang, salak bali, dan beberapa sabdi yang lain.
Jika dahulu
kala, ilmu kesaktian seperti Aji Waringin
Sungsang, Ilmu Halimun, Selimut Kabut, Bayangan Seribu, Ajian Malih Rupa, dan
beberapa ilmu kesaktian lain, digunakan secara personal tanpa menumbalkan orang
lain sebagai tameng, maka sekarang perkembangan kesaktian itu jauh lebih hebat.
Berdasarkan
beberapa sumber, dulu Aji Waringin
Sungsang dan Ajian Malih Rupa diciptakan
oleh Sunan Kalijaga untuk kebaikan dan filosofisnya tak lepas dari ajaran
Alqur'an, meskipun pada akhirnya Ajian
Waringin Sungsang populer dalam
serial sandiwara radio Saur Sepuh digunakan
oleh dua tokoh jahat Kijara dan Lugina yang mengalahkan Ilmu Serat Jiwa milik Brama Kumbara.
Di tangan
Kijara dan Lugina, Ajian Waringin
Sungsang digunakan untuk mengisap seluruh kekuatan lawan dan
menghancurkannya. Kiwari, meski tak sama persis
dengan Waringin Sungsang, ilmu
kesaktian para koruptor tak kalah hebatnya,
mereka bahkan tak hanya menyerang perorangan atau satu kelompok
musuhnya, melainkan bisa menyerang satu negara, mengisap uang negara dan
menghancurkannya. Ajaibnya, pada level tertentu, ilmu mengisap harta negara ini
bisa dilakukan berjamaah, dengan melibatkan anak dan istri serta kerabat
lainnya.
Tak hanya
itu, rata-rata pemilik Ajian Waringin
Sungsang di era mutakhir ini, biasanya menggunakan Ajian Waringin Sungsang sepaket dengan Ajian Malih Rupa. Ajian Malih
Rupa adalah ajian yang bisa mengelabui banyak orang, sehingga sehabis
menguras harta negara mereka tetap terlihat sebagai orang baik-baik.
Berbeda
dengan beberapa tahun yang lalu, Ajian
Waringin Sungsang tidak digunakan secara berbarengan dengan ilmu yang lain,
sehingga sangat mudah diidentifikasi jejaknya. Meski, tetap saja para penjahat
ini tak bisa diremehkan kesaktiannya, karena memiliki ilmu Selimut Kabut, Halimun atau sejenis ilmu menghilang lainnya.
Sebutlah
beberapa di antaranya yang termasuk dalam kategori sempurna menguasai ilmu
menghilang ini, Satono mantan Bupati Lampung Timur yang hingga kini tak tercium
baunya, alih-alih diketahui jejaknya, para mafia BLBI dan beberapa koruptor
kelas kakap, Alay, yang barangkali penguasaannya belum cukup sempurna, sehingga dalam beberapa kesempatan sempat
tertangkap, meskipun akhirnya bisa lepas lagi.
Sedangkan
untuk contoh penggunaan Ajian Waringin
Sungsang dan Aji Malih Rupa ada
banyak yang bisa dideteksi, tetapi sepertinya tidak ada di kota ini. Saya seperti
yakin pejabat-pejabat di kota ini adalah orang-orang baik dan terhormat, pastilah
orang baik dan terhormat kelakuannya juga baik dan terhormat.
0 Comments: