Di Kota Metro, tak banyak tempat
nongkrong dengan suasana cafe yang dipadu dengan pustaka, semacam Libreria
Eatery di Ngagel, Surabaya. Salah satu yang sedikit itu adalah Studio Djajan
Metro (SDM).
Dulunya, SDM berlokasi di sekitar
simpang kampus. Simpang kampus ini adalah daerah yang memiliki enam jumlah
persimpangan, salah satunya adalah menuju ke daerah pusat kampus/sekolah yang
kini ditetapkan sebagai kawasan pendidikan, sisanya ada yang menuju ke 21
Yosodadi, 15A Iring Mulyo dan menuju ke Sekampung, Lampung Timur.
Kini, SDM tak lagi berlokasi di
daerah yang populer disebut simpang kampus itu, pindah lokasi tak jauh dari
tempat semula, berjarak kurang dari 1 km, arahnya berbalik menuju kota dengan
menempuh salah satu persimpangan di simpang kampus, tepatnya Jalan Selagai yang
menuju ke arah belakang koramil, berkisar 3-5 menit untuk tiba di lokasi dari
simpang kampus.
Jika kamu beranjak dari tengah
kota atau dari titik Taman Merdeka, teruslah melaju ke arah kampus, agak
pelanlah jika melihat tulisan PB Swalayan, tak perlu mampir beli minum atau
makanan (karena di SDM ada banyak makanan dan minuman yang lebih enak) setelah
itu kamu akan bertemu bangunan warna hijau bercorak tentara, itu adalah kantor
Koramil Metro, tak perlu lapor, berbeloklah ke kanan, terus saja hingga bertemu
perempatan dan berbeloklah lagi ke kanan, hingga 50 meter di sebelah kiri kamu
telah tiba di lokasi.
Masih susah? Ya, sudah gunakan google maps aja! Tulisan ini bukan untuk
mengulas soal rute atau maps, biarkan
itu menjadi kewenangan aplikasi maps
saja. Saya akan mengajak kawan-kawan membincang soal tempat kuliner yang asyik
dan gaul, cocok banget bagi mereka yang doyan makan dan suka buku.
![]() |
Salah satu sudut SDM, berisi seruan untuk membaca dan menanam. Foto: Uulkh |
Studio Djajan Metro, seperti
sebelumnya ketika masih mendiami tempat lama, tetap berkonsep memadankan tempat
nongkrong dan pustaka dengan tag line
"Nongkrong Sambil Baca Buku itu Keren!", menawarkan desain yang unik,
mulai dari dinding-dinding yang dipenuhi quote
dan lukisan, meja yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa sekaligus menjadi
media bermain, seperti congklak atau
dakon, dll., tak ketinggalan juga berjejer alat musik seperti gitar dan
beberapa alat musik tradisional, serta beragam lukisan dan sketsa.
![]() |
Teras SDM yang dipenuhi coretan-coretan seni termasuk quote. Foto: Uulkh |
Meski masih sangat terbatas, buku atau bahan-bahan bacaan yang tersedia di SDM lumayan berbobot. Kerennya lagi, cafe
ini sering mengadakan kegiatan kesenian, budaya dan pertunjukan musik akuistik.
Secara berkala, setiap bulan SDM juga menggelar diskusi yang dirangkai dengan
musikalisasi puisi.
Seperti minggu lalu, di akhir
Februari, SDM menggelar diskusi Tajuk Kembang
Kol, Empat Sehat Lima Puisi.
![]() |
Keseruan diskusi di ruang garasi SDM. Foto: Uulkh |
"Bulan ini, Maret ada Tajuk Kembang Kopi, bulan depannya Tajuk Kembang Pasir," ujar Uul,
salah satu pengunjung sekaligus pengisi acara pada Tajuk Kembang Kol minggu yang lalu.
Dwi Setia, si pemilik SDM ini
juga tergolong ramah. Setelah acara pagelaran musikalisasi puisi yang sempat
ku hadiri minggu lalu itu, ditutup, peserta bubar dan pulang ke tempat masing-masing,
tak sungkan ia mengantar hingga ke jalan raya dan menyalami kami satu persatu.
So, datang ke SDM, bisa makan dan
minum, dapat ilmu dengan baca buku dan ikut diskusi, terhibur dengan berbagai
pagelaran kesenian, dan yang tak kalah penting juga adalah seperti mendapatkan
keluarga baru, saudara baru, mereka adalah orang-orang hebat dan memiliki
karya.
![]() |
Beberapa contoh lukisan dan sketsa di SDM. Foto: Uulkh |
Ini adalah kata-kata Usnul Uul dari
instagram barangkali bisa seperti testimoni yang bisa menjelaskan keseruan dan keasyikan SDM:
Kau tau serendipity? Yaitu menemukan hal yang menyenangkan saat kau tak
bermaksud mencarinya.
Ya seperti aku menemukan tempat ini secara tidak sengaja.
Kau tau, rasanya seperti aku menemukan buku yang bahkan aku lupa pernah
mengincarnya setengah mati.
Seperti menemukan uang di saku celana, atau seperti mendengar lagu
favoritku diputar di radio.
Sebuah tempat yang entah apa namanya kafe, sanggar, perpustakaan, museum,
atau rumah seniman. Entahlah terserah kau sebut apa. Semua yang aku sebutkan
tadi bisa kau temui di sana.
Setiap aku ke sana, diam-diam aku menulis sesuatu di kepala. Tentang daun
pohon belimbing yang ikhlas gugur tanpa minta dicegah, meja kursi kehujanan,
aktor-aktor teater yang kehilangan hapalan naskahnya, pemain musik yang lupa
kunci gitarnya, sampai Kinanti bayi cantik yang saingan doyan jus alpukat
denganku.
Serendipity hadir dengan sederhana, sesederhana cara seseorang membuatku
senang. Dengan jus alpukat dan soto ayamnya.
Kau harus mampir ke sini, memesan secangkir minuman dan membaca buku. Atau
sekedar mengobrol dengan si cantik Kinanti, itupun kalau kau mengerti
bahasanya.
Mungkin itu akan menjadi serendipitymu. (Metro, 28/02/18)
Tak percaya? Cobalah sempatkan
datang. Alamatnya: Jl. Selagai No. 81 Belakang PB Swalayan/Koramil 15A. Buka
Pukul. 09.00 hingga 22.00.
Sumber foto: uulkh
0 Comments: