Bahar Smith
ramai dibincangkan di media sosial. Bukan kerana lakon sebagai penyempurna kemuliaan akhlak (innama buitstu li utammima makarimal akhlaq) sebagaimana Rasulullah
Muhammad SAW tegaskan, bukan pula sebagai penebar rahmat bagi semesta (wama arsalnaka illa rahmatan lil 'alaimien)
yang menjadi tugas utama kerasulan Muhammad, sama sekali bukan meski ia mengaku masih
memiliki garis keturunan dengan Nabi SAW.
Bahar Smith
terkenal justeru karena video pendek berisi tontonan duel, eh bukan duel, perkelahian itu sama sekali tak seimbang dan
tak ada perlawanan, sepihak, lebih tepat disebut penganiayaan. Ya, penganiayaan
Bahar Smith atas anak-anak remaja, yang konon muasal masalahnya karena anak ini
mencatut, memakai namanya ketika di Bali.
Bahar
Smith yang lahir di Manado tanggal 23 Juli 1985, memang dipercaya masih
memiliki garis keturunan dengan Nabi, melalui nasab Muhammad bin Ali. Ia
bernama asli Sayyid Bahr bin Ali bin Alawi bin Abdul Rahman. Menurut tulisan Sejarah Marga Smith: dari Bahar Sampai Sumayth (Tirto.Id, 19 Desember 2018) yang mengutip tulisan Anne Bang (2003),
dalam buku Sufis and Scholar of the Sea: Family Networks in East Africa 1860
-1925, bahwa keturunan Muhammad bin Ali inilah yang menyebar ke berbagai
wilayah di kawasan Timur Tengah, Afrika, bahkan hingga ke Nusantara.
Orang-orang bermarga Smith banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia, dari
Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, juga Sulawesi, termasuk Manado di
Sulawesi Utara yang menjadi tempat lahir Bahar bin Smith.
Dalam
silsilah Alawiyyin (sebutan bagi kaum yang memiliki pertalian dengan
Nabi Muhammad), keluarga Sumayt merupakan cabang yang relatif kecil. Menurut Anna,
orang yang pertamakali menyandang marga Sumayt atau Smith adalah Muhammad bin
Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu
al- Faqih. Anna Bang dalam bukunya mengidentifikasi orang ini dengan nama
Muhammad bin Ali bin Abdul Rahman bin Sumayt yang wafat pada 977 Hijriah atau
antara tahun 1569-1570 Masehi.
Anne Bang juga menelusuri asal-usul Muhammad bin Ali dari nasab al-Faqih yang berakar dari Ahmad bin Isa al-Muhajir. Ahmad bin Isa al-Muhajir, meninggal dunia pada 924 Masehi, adalah keturunan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah az-Zahra. Seperti diketahui, Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad.
Anne Bang juga menelusuri asal-usul Muhammad bin Ali dari nasab al-Faqih yang berakar dari Ahmad bin Isa al-Muhajir. Ahmad bin Isa al-Muhajir, meninggal dunia pada 924 Masehi, adalah keturunan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah az-Zahra. Seperti diketahui, Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad.
Lantas,
apa hebatnya?
Seorang kawan bertanya, bukankah setiap keturunan Nabi Muhammad mulia dan wajib dimuliakan? Kemuliaan itu tidak bertambah kemuliaannya hanya karena dimuliakan, tidak pula menjadi hina karena direndahkan. Sifat mulia itu melekat dalam sikap dan ucap yang mulia. Tak hanya keturunan nabi, seluruh manusia dipuji oleh Allah sebagai ahsan al taqwim (sebaik-baik bentuk), bahkan muslim ditahbiskan sebagai khairu ummah di dalam Alquran. Lalu, apakah karena ia telah digelari dengan sebutan terbaik secara otomatis ia menjadi baik? Pertanyaan serupa untuk keturunan terhormat, apakah lantas otomatis setiap anak-cucunya menjadi terhormat?
Seorang kawan bertanya, bukankah setiap keturunan Nabi Muhammad mulia dan wajib dimuliakan? Kemuliaan itu tidak bertambah kemuliaannya hanya karena dimuliakan, tidak pula menjadi hina karena direndahkan. Sifat mulia itu melekat dalam sikap dan ucap yang mulia. Tak hanya keturunan nabi, seluruh manusia dipuji oleh Allah sebagai ahsan al taqwim (sebaik-baik bentuk), bahkan muslim ditahbiskan sebagai khairu ummah di dalam Alquran. Lalu, apakah karena ia telah digelari dengan sebutan terbaik secara otomatis ia menjadi baik? Pertanyaan serupa untuk keturunan terhormat, apakah lantas otomatis setiap anak-cucunya menjadi terhormat?
Apalah
arti kehormatan sebuah marga, nama atau garis keturunan tanpa dibarengi dengan
laku dan pola tutur terhormat, yang ada justeru ia akan mencoreng kehormatan
'nama baik' marga, nama atau keturunan itu jika laku dan tuturnya justeru
berkebalikan dari kehormatan itu. Kehormatan itu tidak pernah terpisah dari amaliyah, qauliyah yang baik dan hati
yang suci.
Keturunan yang baik tentulah tetap baik, tetapi tidak menjamin setiap orang yang lahir dari garis keturunan yang baik secara otomatis menjadi baik dan layak dihormati. Kehormatan hanyalah layak diberi kepada mereka yang terhormat, perilaku dan perkataannya terhormat.
Keturunan yang baik tentulah tetap baik, tetapi tidak menjamin setiap orang yang lahir dari garis keturunan yang baik secara otomatis menjadi baik dan layak dihormati. Kehormatan hanyalah layak diberi kepada mereka yang terhormat, perilaku dan perkataannya terhormat.
Dulu
pernah ada nama Sayyid Hasan bin Sumayth asal
Madura, terkenal karena pernah menggagas fundraising
besar untuk Ottoman, Turki pada tahun 1912. Ia bendahara al Hilal al Himar
(Bulan Sabit Merah), memiliki hubungan baik dengan H.O.S Tjokroaminoto, sebagai
salah satu pimpinan Sarekat Islam (SI) di Surabaya. Sayyid Hasan bin Sumayth juga adalah
penyandang dana percetakan Setia Oesaha yang
menerbitkan Oetoesan Hindia, media
propaganda milik SI. (Baca; SejarahKedatangan Marga Smith dan Kiprahnya di Indonesia).
Di
aliran pemikir besar ekonomi klasik kita juga mengenal nama Adam Smith, seorang
kelahiran Kirkcaldy, Skotlandia, pada tanggal 5 Juni 1723 yang bernama lengkap
John Adam Smith. Ia mewariskan sebuah kitab suci bagi pemeluk kapitalisme tulen
berjudul An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations atau lebih terkenal dengan The
Wealth Nation. Melalui kitabnya tersebut, Smith bicara tentang sejarah
perkembangan industri di Eropa, serta dasar-dasar perdagangan bebas dan
kapitalisme.
Smith
berhasil memanipulasi makna serakah dalam bahasa individualis yang etis. Smith
tidak percaya kebajikan-kebajikan individu, baginya tindak-tanduk manusia didasarkan
kepada kepentingan diri sendiri (self-interest),
bukan atas dasar belas kasihan apalagi kemanusiaan. Salah satu ungkapannya
yang populer adalah it
is not from the benevolence of the butcher that we expect our dinner, but from
his regard to his own interest
(kita mengharapkan makan malam bukan dari kebaikan hati tukang daging,
melainkan dari kepentingannya).
Pernyataan
tersebut meneguhkan bahwa Smith memang sama sekali tak percaya belas kasih dan
kemanusiaan. Untuk itulah ia berkukuh untuk mempertahankan sifat individualisme
manusia, karena sifat itulah yang akan memacu manusia untuk terus maju dan
menjadi pemenang dalam setiap persaingan, untuk mendukung gagasannya itulah ia
menawarkan pasar bebas. Smith mengejek sifat buruh yang menetapkan upah tinggi,
akan kesulitan mendapatkan pekerjaan (if
a workman asked for more than the going wage, he would not be able to find work).
Lalu,
apa hubungan Adam Smith, Sayyid Hasan bin Sumayth dan Bahar Smith? Tidak ada,
kecuali antara Sayyid Hasan bin Sumayth dan Habib Bahar bin Smith yang mungkin
masih senasab, meski satunya Sayyid dan satunya Habib. Adapun dengan Adam
Smith, barangkali Bahar Smith yang penampilannya lekat dengan sorban, dan
memiliki Majelis Pembela Rasul, sedang berusaha mewujudkan apa yang dulu
diistilahkan oleh Adam Smith sebagai the
road to hell is paved with good intensions. Mengaburkan makna keshalihan, kemuliaa dan kehormatan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Namun,
yang jelas ketiganya, Adam Smith, Sayyid Hasan bin Sumayth dan Bahar Smith tentu memiliki
pendukung fanatik sesuai watak, karakter dan keyakinan masing-masing. Saya
berkepentingan menjelaskan, bahwa kemuliaan dan kehormatan sebagai keturunan
Nabi Muhammad sangat tergantung dari akhlak, perbuatan dan ucapannya, apakah
sesuai dengan yang menjadi kehormatan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
0 Comments: