Mungkin memang awalnya saya kuliah di IAIN karena
keterpaksaan. Saya sudah berusaha untuk masuk di Perguruan Tinggi favorit, baik
yang Universitas hingga Sekolah Tinggi. Segala usaha telah dicoba baik bimbel
ataupun ikut TO yang diadakan setiap universitas. Orangtua saya juga selalu
memberikan motivasi agar tidak putus asa. Singkat cerita saya akhirnya kuliah
di IAIN di jurusan KPI.
Ternyata tanpa saya ketahui banyak teman-teman saya juga
yang masuk di IAIN namun kami berbeda
jurusan. Saya bertemu mereka ketika di saat OSPEK. Setelah OSPEK selesai dan
kami mulai menjalankan aktivitas kuliah. Kami sering bertukar kabar melalui
pesan WA ( Whatsapp). Banyak cerita yang kami bagi salah satunya adalah aturan
dalam berpakaian. Banyak dari mereka yang mengeluhkan aturan – aturan dari
dosen dalam berpakaian seperti harus ini harus itu. Namun saya bersyukur di
jurusan KPI tidak ada aturan khusus dalam berpakaian. Mayoritas dosen jurusan
KPI mengikuti kode etik dari akademik saja.
Awalnya saya berpakaian seperti mahasiwa pada umumnya namun,
Alhamdulillah di akhir semester satu kemarin saya mendapat hidayah sehingga
memutuskan untuk memakai cadar. Orang tua dan keluarga saya juga mendukung
keputusan yang saya buat. Namun, saya
mulai khawatir karena keputusan yang saya buat bertentangan dengan kode etik di
kampus.
Apalagi ditambah dengan cerita – cerita teman saya dari
fakultas dan jurusan lain banyak pengalaman kurang mengenakan yang terjadi
perihal mahasiswa yang memakai cadar. Mereka bercerita hal – hal yang terjadi
itu seperti ditegur oleh dosen, tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan,
bahkan ada yang diancam akan dikeluarkan. Hal ini sempat mengganggu pikiran
saya yang memang notabennya saya baru saja hijrah, otomatis saya masih belum
punya pendirian yang kuat.
Namun kekhawatiran saya tentang hal-hal itu terhapus begitu
saja ketika saya mulai menjalankan perkuliahan semester 2 ini. Mayoritas dosen
yang saya temui tidak ada yang mempermasalahkan saya memakai cadar. Mereka bilang
itu kepercayaan setiap individu jadi tidak dapat dipaksakan dan tugas kita
hanya perlu menghormatinya. Bahkan ada beberapa dosen yang mendukung. Namun
terkadang memang ada beberapa dosen yang sama sekali tidak memperbolehkan
sehingga dengan terpaksa bila kita mau mengikuti perkuliahan mereka harus
melepas cadar. Terkadang hal ini bertentangan dengan nurani saya namun disisi
lain saya tidak mau mengecewakan orang – orang yang telah berharap banyak pada
saya seperti orang tua.
Sejauh ini, pernah terjadi kejadian yang kurang mengenakaan
terkait dengan cadar. Saat itu ada mata kuliah pagi sedangkan saya datang ke
kampus hampir telambat sehingga saya masuk kelas dengan terburu – buru.
Sesampainya di kelas dosen dan teman – teman sudah datang dan duduk. Saya masuk kelas dan duduk disalah satu
kursi, tapi tiba – tiba susana kelas langsung senyap dan saya melihat dosen
menatap saya dengan tajam. Saya pun kebingungan, namun teman saya menegur saya
dan mengatakan bahwa saya belum melepas cadar yang saya pakai. Seketika saya
ingat dan segera melepasnya, setelah saya lepas dosen itu langsung memalingkan
wajahnya. Sejak saat itu teman – teman dikelas saya saat akan memulai mata
kuliah dosen tersebut selalu mengingatkan untuk melepas cadar yang saya pakai.
Harapan saya semoga kedepannya bagi mahasiswa yang bercadar mendappatkan hak
yang sama dengan yang lainnya dan tidak adanya kesenjangan sosial antara
mahasiswa yang tidak bercadar dengan yang becadar. Sedangkan pada masyarakat
mengubah persepsi mereka tentang cadar yang awalnya dianggap islam fanatik
bahkan teroris dapat diperlakukan seperti orang biasa tanpa harus dipandang
aneh, diolok – olok hingga didiskriminasi. .
Silva
Tiara Ariani, lahir di Metro 28 Agustus 2000. Silva anak pertama dari dua
bersaudara. Memulai pendidikan di TK Tumaninah Yasin di Metro. Menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Metro Pusat. Menyelesaikan pendidikan
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro
dan di SMA Negeri 2 Metro jurusan Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ). Saat
ini sedang melanjutkan kuliah Institut Agama Islam Negeri Metro , Program
Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah.
Comments
Post a Comment